Biarkan
saya berkisah akan serba-serbi berpenalaran. Kisah yang sekarang masih seumur
jagung, tapi berharap akan berumur seperti beringin, awett. Kisah singkat ini
memuat akan kecintaan saya akan Penalaran, kehangatan rumah nalar, serta rasa
yang bersilangan.
Kisah ini terawali ketika maba tahun 2011 mendaftar
organisasi kampus, organisasi itu bernama LPM Penalaran UNM yang santer
terdengar sebagai organisasi yang bergerak dibidang penelitian. Tahap demi
tahap penyeleksianpun telah terlewati muluss walaupun persiapan dan kemapuan
nihil, namun pendaftaran yang pada awalnya hanya iseng belaka itu, ternyata
berbuah manis. Nama saya tercatat di urutan ke-17 peserta yang lolos seleksi
waktu ituu. Senang rasanya.. namun, ternyata masih ada lagi tahap selanjutnya
yang harus ditempuh, hiks. Sapa takut? Alhamdulillah, i stiil stay ‘till the end step. NRA pun berhasil terkantongi tepat
pada malam pengukuhan saat itu.
Berstatus
anggota penalaran ternyata tidak cukup, ranah pengurus harus digaet untuk
membuktikan kemampuan dan tanggungjawab yang lebih. Yah, dan akhirnya saya
terdaftar sebagai salah satu pengurus bidang LITBANG, senangg lagi. Namun,
selalu ada ada batu penyandung yang siap sedia menjadi penghalang untuk mejadii
penguruss teladan .hihiihi. yang jelas semangat harus tetap ada untuk belajar, berkarya, dan jangan pernah
tumbang akan seribu kegagalan yang menghampirii.
Hangat
rumah nalar selalu memberikan semerbak rasaa.. rasa akan bangunan klasiik itu
sendiri, serta orang-orang didalamnya. Disaat seperti sekarang ini, halaman
rumah nalar diguyurr absisi dedaunan kering, dan anggap saja sedang berada
dimusim semi atau musim gugur yang sama di jepang, xixiixii :D. Di rumah nalar
juga tersisip rasaa, rasa yang muncul ketika pertama kali berjumpa sampai
sekarang. Namun, rasa itu bersilangan dan akan hilang atau terkubur seperti
dedaunan kering yang berguguran dimusim semii. Persahabatanpun saya temukan
disini, teman-teman yang warna warni sifatnya, ada yang asli kocak, pendiam
(termasuk saya, ekhm), dan ada juga yang sedikit lainn perawakannya. Canda,
tawa, kecewa, malu, sedih, telah tercicipi secara apik di benteng kekaisaran Penalaran
=> Rumah nalar.
Sebenarnya
saya tak ingin menjadi parasit obligat seperti virus, yang tak tahu malu hidup
dalam sel inangnya. Tapi tetap saja belum ada yang bisa saya perbuat atau
persembahkan untuk penalaran terkasihh. Namun, biarkan segala memorii akan
kenangan yang telah berevolusi ini tetap kokoh bersanding di lobus oksipetalis
otakku. Semoga degup jantung dan helaan nafas selalu tetap tercurah dari yang
kuasa, itu pertanda ada kesempatan untuk menceritakan kisah ini kelak kepada
siapapun yang saya temui. Dan akhirnya kisah-kisah manis akan selalu menjadi
yang pertama dalam DPM ku (daftar penungguan moment), insya allah..
If i could write another
ending, this story will become sweetest moment.
0 comments:
Post a Comment